Naega

Senin, 09 Maret 2015

Death for Angel [Angel Arround Me]


[Diikutkan Dalam Lomba Cerpen ‘Angels of Morning Star Club’]


Min Yo di masukkan ke dalam mobil polisi. Ditangannya kini terpasang borgol. Pandangannya masih sama. Kosong. Tapi kini, ada sorot lelah dan ketidakberdayaan yang terpancar dari matanya. Ia mencerna semua yang dikatakan Ji Hae. Sebuah kisah yang membuatnya semakin hampa.
*
Empat orang pria berkemeja putih dengan setelan toksedo saling bertukar pandang dengan raut wajah khawatir. Gadis muda itu, sudah sampai sejauh ini. Ia masih berdiri dengan tatapan kosong tepat dipinggir puncak gedung tua ini. Salah satu tangannya memegang punggung kursi yang diduduki wanita bergaun putih.
“Kau jangan gila!” teriak Hae Min dengan sorot mata marah tapi penuh kekhawatiran.
“Benar. Aku sudah gila. Kegilaanku bahkan telah aku pupuk sejak malam natal itu.” sahut gadis muda itu lagi.
“Min Yo, kau salah paham!” kali ini Soon Ja angkat suara.
Gadis muda bermata sayu, Min Yo. Ia tersenyum sinis lalu perlahan tertawa ngeri mendengar apa yang baru saja dikatakan Soon Ja. Walau tertawa seperti itu, tetap saja dari sorot matanya ia menyimpan kebencian yang akan meledak kapanpun ia mau.
“Ternyata, ‘malaikat’ seperti kalian bisa juga membuat alasan untuk menutupi kebusukannya. Kakakku yang malang itu, kenapa bisa begitu menyukai kalian?” tanya Min Yo dengan nada sinis. Lagi.
“Anak ini! Sebenarnya apa maumu, hah?” teriak Jae Hoo yang sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. Dalam grup, Jae Hoo adalah satu-satunya member yang memiliki tingkat ketidaksabaran yang paling tinggi.
“Bahkan ‘malaikat’ juga bisa berteriak seperti itu? Kakakku itu, benar-benar malang. Ia menganggap kalian adalah malaikat yang akan menjaganya. Tapi kalian, malah membuatnya mati...” Min Yo menunduk. Kembali menahan rasa sesak dalam dadanya.
Wanita yang terikat dan didudukkan di atas kursi itu hanya bisa berusaha menahan ketakutan yang begitu jelas terlihat dari tubuhnya yang bergetar hebat. Sedikit saja ia melakukan kesalahan, tubuhnya akan menyatu dengan tanah.
“Kakakku, sangat menyayangi kalian. Setiap hari ia bangun lebih awal dan menyiapkan bekal untuk diberikan pada kalian saat latihan. Dia percaya, suatu saat kalian akan benar-benar menjadi malaikat untuk kehidupannya. Tapi, hari itu...”
*
Lim Hye Mi. Gadis itu menerobos masuk ke dalam kamarnya dan menutupnya rapat-rapat. Min Yo yang membukakan pintu rumah untuk kakak perempuannya itu dengan jelas melihat Hye Mi sedang menangis. Kakaknya mengeluarkan air mata. Bukan air mata haru seperti yang Min Yo lihat dari kakaknya saat lolos audisi menjadi trainee di salah satu manajemen artis terbesar di Korea Selatan. Melainkan, air mata kegagalan.
Ada apa? Pertanyaan itu memenuhi batin Min Yo.
Beberapa hari yang lalu, Hye Mi kembali ke rumah dengan wajah penuh keberkahan. Seperti biasanya, ia yang hanya hidup bertiga dengan adik dan Ibunya itu bercerita banyak hal. Tidak terkecuali tentang teman-teman satu timnya. Soon Ja, Hae Min, Jae Hoo, dan Ji Tae. Empat orang pemuda yang selalu disebut oleh Hye Mi sebagai ‘malaikat’ untuknya.
Hari itu ia mengatakan jika saat malam natal nanti, mereka berlima akan debut sebagai satu tim. Bagaimana bisa ia tidak senang? Ibunya bahkan sudah menceritakan kabar gembira itu pada semua orang. Anaknya, Lim Hye Mi akan menjadi artis terkenal.
Dan siapa yang akan menyangka, jika malam natal itu berubah menjadi malam kematian Min Yo.
*
“Kami, ingin memberikan hadiah natal untuknya...” ujar Ji Hae menerawang. Ia menunduk lesu. Ada rona aneh yang terpancar dari sorot matanya.
“Hadiah natal? Hadiah natal macam apa sampai nyawa kakakku harus hilang, hah?” tangan Min Yo menghentak dan membuat kursi yang dipegangnya bergoyang. Membuat wanita yang duduk di sana semakin bergetar ketakutan.
Soon Jae dan yang lainnya pun ikut tersentak. Sedikit saja, kursi itu akan terhempas ke belakang. Melayangkan tubuh wanita itu jatuh ke bawah. Dan, mati.
“Dia selalu menyebut kami ‘malaikat’. Melakukan sesuatu yang membuat kami selalu bahagia. Sedangkan kami, belum pernah melakukan apapun untuknya. Lalu ide itu muncul, dan membuat semuanya berubah...”
*
Lim Hye Mi, mati bunuh diri lima tahun lalu dengan melompat dari atap gedung manajemen artis tempatnya menjadi trainee akibat lelucon konyol yang dibuat ke empat ‘malaikat’ itu.
Beberapa hari sebelum debut, mereka berempat ingin memberikan kejutan untuk Hye Mi. Mereka mengatakan pada Hye Mi kalau gadis itu tidak akan debut dengan alasan presdir membatalkan kontraknya. Itu jelas lelucon. Tapi bagi Hye Mi, itu adalah pukulan yang sangat berat.
Ia terpuruk, sampai akhirnya meminta Min Yo menemaninya ke atap gedung. Dengan putus asa, Hye Mi meminta maaf pada Min Yo dan melompat begitu saja. Membuat Min Yo menyimpan dendam pada si ‘malaikat’. Walau kenyataannya Min Yo baru tahu jika mereka hanya bercanda, dan empat orang itu ternyata sibuk mencari Hye Mi yang tiba-tiba menghilang, serta Hye Mi yang terlalu cepat mengambil kesimpulan, tetap saja bagi Min Yo, kisah ini sudah membuat mimpi dan hidup kakaknya berhenti begitu saja.
Min Yo menatap ke empat ‘malaikat’ yang sedang memeluk tubuh wanita yang menjadi pengganti kakaknya itu tadi lewat kaca mobil, lalu tersenyum miris. Kenyataan yang ia terima jauh lebih pahit dari sebelumnya. Tapi, ia tidak akan menyesal.
The End


Tidak ada komentar:

Posting Komentar