Diikutkan Dalam Lomba Cerpen ‘The Dead Returns’
Azayaka Sato. Artis pendatang baru yang sekarang menjadi bintang
di seluruh penjuru Jepang. Muda, berbakat, tampan, dan baik hati menjadi ciri
khas dari Sato. Semua orang mengaguminya. Paling tidak, beberapa jam yang lalu.
Aku membenci Sato. Bukan karena aku adalah siswa SMA biasa yang
ingin menjadi seperti Sato tapi tidak bisa. Bukan! Sungguh, aku tidak pernah
berpikir untuk menjadi seorang artis seperti Sato atau artis lainnya. Hanya
saja, aku tidak ingin hidup dalam kepura-puraan seperti yang diciptakan oleh
Sato. Baiklah, orang-orang bisa saja tertipu dengan sikap ‘malaikat’ yang
ditunjukkan Sato. Terkecuali, aku.
“Sato, apa yang kau pikirkan tentang seorang hater?”
Lampu kamera mengarah padaku. Menyorot tepat ke dalam kedua
mataku. Membatku harus berkedip beberapa kali lalu mengangkat sudut bibirku
dengan terpaksa. Oke, pertanyaan yang sangat mengganggu bagi seorang hater. Tapi,
apa jadinya jika aku mengatakan jika aku bukanlah Sato? Melainkan, seorang hater.
***
Jika saja aku bisa bertukar jiwa dengan seseorang, aku pasti akan
memilih Azayaka Sato untuk bertukar jiwa denganku. Itu semua karena kebencianku
padanya. Andai saja semua orang bisa tahu bagaimana sikap asli dari artis
kesayangan mereka itu, tentu negeri ini tidak akan terpedaya hanya dengan sikapnya
di depan layar kaca.
Aku duduk di lobi sebuah apartemen mewah. Berkat nafsuku
menuliskan semua perasaan benciku pada Sato disebuah situs diskusi online beberapa
hari yang lalu, tiba-tiba pagi tadi seseorang menjemputku ke tempat ini.
Bertemu Sato.
“Kyoso~san, ikutlah denganku...” seseorang berkemeja putih
dengan tuksedo hitam lengkap dengan dasi berwarna senada menggiringku menuju lift.
“Aku Uchida Manami, manajer Sato. Maaf telah mengganggu waktumu.
Aku tahu kau tidak menyukai Sato. Bukan hanya kau, tapi ada banyak orang yang tidak
menyukainya...” ucapnya tenang.
Sudah kuduga ! Batinku.
“Dibeberapa situs ada banyak hater yang
menjelek-jelekkannya. Tapi, hanya kau yang mengatakan hal itu.” lanjutnya.
Mengatakan apa? Ah, mengatakan kalau dia
sebenarnya orang yang bersifat buruk? Tentu saja. karena aku melihatnya
sendiri. Pemuda itu, seenaknya saja mengusir seorang wanita dengan sangat
kasar!
“Kita sudah sampai. Masuklah, kau boleh menunggunya di dalam. Aku
harap, begitu ia kembali, semua akan baik-baik saja.” kata pria bermata tenang
itu padaku.
Setelah membungkuk memberi salam, ia meninggalkanku di depan
sebuah kamar bertuliskan nama pemiliknya tergantung pada pintu, Azayaka Sato.
Sebuah kunci yang diberikan Manami tadi benar-benar berhasil membuka pintu
kamar di depanku.
Aku melangkah perlahan. Katanya, aku harus menunggu hingga Sato
kembali. Aku memandang sekeliling, memutar pandanganku ke segala penjuru
ruangan. Ada beberapa pigura dengan gambar Sato di dalamnya. Juga, sebuah
pigura besar dengan Sato dan dua orang di sana tengah tersenyum penuh
kebahagiaan. Bisa kutebak, itu adalah ayah dan ibunya.
***
Sial ! Aku terjebak dalam tubuh Sato !
Aku tidak percaya dan sebenarnya tidak ingin percaya jika sekarang
aku tengah duduk berhadapan dengan puluhan wartawan dan reporter yang
menyodorkan berbagai pertanyaan. Aku tidak tahu kenapa aku dan Sato bisa
bertukar jiwa seperti ini. Yang aku ingat, setelah menunggu Sato di kamar
apartemennya sampai larut malam, aku tertidur di sofa dan terbangun saat
mendengar seseorang menerobos masuk ke dalam.
Sato yang berjalan tanpa keseimbangan menjatuhkan diri tepat di
hadapanku. Lebih tepatnya, di atas tubuhku. Itu membuatku tak sadarkan diri.
Hal terakhir yang aku ingat adalah, bau alkohol yang keluar dari mulut Sato. Serta,
air matanya.
***
Aku membuka mata dan mendapati tubuhku sudah terbaring diatas
tempat tidur. Sementara Sato, -atau aku- tertidur pulas di atas sofa.
Apa-apaan ini?
Tubuhku tertukar dengan tubuh Sato!
“Sato!”
Aku berbalik, lalu mendapati Kyoso berderap kearahku –atau kearah
Sato-.
“Syukurlah, kau sudah sadar. Aku tidak tahu apa yang terjadi
padamu dengannya,” Kyoso menatap tubuhku, “Tapi, aku harap kau tidak usah
mengambil hati apa yang ia katakan tentang perlakuanmu pada bibi Hanako. Tidak
usah menceritakan semuanya pada siapapun. Seperti katamu, dunia tidak perlu
tahu jika bibi Hanako yang telah membunuh ayah dan ibumu.” Tutupnya.
Aku membekap mulutku rapat-rapat. Jadi, wanita itu adalah...
pembunuh kedua orang tua Azayaka Sato? Benar, aku pernah membaca artikel
tentang hal itu. Orang tua Sato meninggal dalam sebuah insiden perampokan. Tapi
sampai saat ini, pelakunya belum juga tertangkap. Tapi, bukankah Sato sudah
tahuu siapa pelakunya? Lalu kenapa dia...
“Maaf, maafkan aku karena telah mengingatkanmu pada kejadian itu
lagi. Aku tahu, berat untukmu melindungi orang yang telah membunuh mereka. Bibi
Hanako, akan tersiksa seumur hidupnya. Sekarang, bersiaplah. Lalu temui para
wartawan di bawah. Aku akan menjelaskan semuanya pada pemuda itu begitu ia
bangun.” Kata Kyoso lalu bangkit meninggalkanku.
Aku menatap tubuhku yang masih terbaring. Di dalam sana, ada jiwa
Sato yang dipenuhi rasa sakit luar biasa. Dan aku? Ya Tuhan! Apa yang telah aku
lakukan? Aku, malah menambah rasa sakitnya. Cukup! Aku harus menebusnya
***
“Hater? Bagiku, hater adalah orang yang ingin menjaga kita. Hanya saja, mereka
mengungkapkannya dengan cara yang berbeda. Mereka membenci kepura-puraan.
Mereka, butuh kejujuran...” Jawabku tersenyum.
Aku mendongak ke atas dan mendapati tubuhku berdiri di balik tubuh
beberapa wartawan. Sato. Ia menatapku lalu tersenyum sembari mengangguk.
Benarkan, Azayaka Sato?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar