Naega

Senin, 14 September 2015

Azayaka Sato 'The Protect to Fell Pain'


Diikutkan Dalam Lomba Cerpen ‘The Dead Returns’
 

Azayaka Sato. Artis pendatang baru yang sekarang menjadi bintang di seluruh penjuru Jepang. Muda, berbakat, tampan, dan baik hati menjadi ciri khas dari Sato. Semua orang mengaguminya. Paling tidak, beberapa jam yang lalu.

Aku membenci Sato. Bukan karena aku adalah siswa SMA biasa yang ingin menjadi seperti Sato tapi tidak bisa. Bukan! Sungguh, aku tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang artis seperti Sato atau artis lainnya. Hanya saja, aku tidak ingin hidup dalam kepura-puraan seperti yang diciptakan oleh Sato. Baiklah, orang-orang bisa saja tertipu dengan sikap ‘malaikat’ yang ditunjukkan Sato. Terkecuali, aku.
“Sato, apa yang kau pikirkan tentang seorang hater?”
Lampu kamera mengarah padaku. Menyorot tepat ke dalam kedua mataku. Membatku harus berkedip beberapa kali lalu mengangkat sudut bibirku dengan terpaksa. Oke, pertanyaan yang sangat mengganggu bagi seorang hater. Tapi, apa jadinya jika aku mengatakan jika aku bukanlah Sato?  Melainkan, seorang hater.
***
Jika saja aku bisa bertukar jiwa dengan seseorang, aku pasti akan memilih Azayaka Sato untuk bertukar jiwa denganku. Itu semua karena kebencianku padanya. Andai saja semua orang bisa tahu bagaimana sikap asli dari artis kesayangan mereka itu, tentu negeri ini tidak akan terpedaya hanya dengan sikapnya di depan layar kaca.
Aku duduk di lobi sebuah apartemen mewah. Berkat nafsuku menuliskan semua perasaan benciku pada Sato disebuah situs diskusi online beberapa hari yang lalu, tiba-tiba pagi tadi seseorang menjemputku ke tempat ini. Bertemu Sato.
“Kyoso~san, ikutlah denganku...” seseorang berkemeja putih dengan tuksedo hitam lengkap dengan dasi berwarna senada menggiringku menuju lift.
“Aku Uchida Manami, manajer Sato. Maaf telah mengganggu waktumu. Aku tahu kau tidak menyukai Sato. Bukan hanya kau, tapi ada banyak orang yang tidak menyukainya...” ucapnya tenang.
Sudah kuduga ! Batinku.
“Dibeberapa situs ada banyak hater yang menjelek-jelekkannya. Tapi, hanya kau yang mengatakan hal itu.” lanjutnya.
Mengatakan apa? Ah, mengatakan kalau dia sebenarnya orang yang bersifat buruk? Tentu saja. karena aku melihatnya sendiri. Pemuda itu, seenaknya saja mengusir seorang wanita dengan sangat kasar!
“Kita sudah sampai. Masuklah, kau boleh menunggunya di dalam. Aku harap, begitu ia kembali, semua akan baik-baik saja.” kata pria bermata tenang itu padaku.
Setelah membungkuk memberi salam, ia meninggalkanku di depan sebuah kamar bertuliskan nama pemiliknya tergantung pada pintu, Azayaka Sato. Sebuah kunci yang diberikan Manami tadi benar-benar berhasil membuka pintu kamar di depanku.
Aku melangkah perlahan. Katanya, aku harus menunggu hingga Sato kembali. Aku memandang sekeliling, memutar pandanganku ke segala penjuru ruangan. Ada beberapa pigura dengan gambar Sato di dalamnya. Juga, sebuah pigura besar dengan Sato dan dua orang di sana tengah tersenyum penuh kebahagiaan. Bisa kutebak, itu adalah ayah dan ibunya.
***
Sial ! Aku terjebak dalam tubuh Sato !
Aku tidak percaya dan sebenarnya tidak ingin percaya jika sekarang aku tengah duduk berhadapan dengan puluhan wartawan dan reporter yang menyodorkan berbagai pertanyaan. Aku tidak tahu kenapa aku dan Sato bisa bertukar jiwa seperti ini. Yang aku ingat, setelah menunggu Sato di kamar apartemennya sampai larut malam, aku tertidur di sofa dan terbangun saat mendengar seseorang menerobos masuk ke dalam.
Sato yang berjalan tanpa keseimbangan menjatuhkan diri tepat di hadapanku. Lebih tepatnya, di atas tubuhku. Itu membuatku tak sadarkan diri. Hal terakhir yang aku ingat adalah, bau alkohol yang keluar dari mulut Sato. Serta, air matanya.
***
Aku membuka mata dan mendapati tubuhku sudah terbaring diatas tempat tidur. Sementara Sato, -atau aku- tertidur pulas di atas sofa.
Apa-apaan ini?
Tubuhku tertukar dengan tubuh Sato!
“Sato!”
Aku berbalik, lalu mendapati Kyoso berderap kearahku –atau kearah Sato-.
“Syukurlah, kau sudah sadar. Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu dengannya,” Kyoso menatap tubuhku, “Tapi, aku harap kau tidak usah mengambil hati apa yang ia katakan tentang perlakuanmu pada bibi Hanako. Tidak usah menceritakan semuanya pada siapapun. Seperti katamu, dunia tidak perlu tahu jika bibi Hanako yang telah membunuh ayah dan ibumu.” Tutupnya.
Aku membekap mulutku rapat-rapat. Jadi, wanita itu adalah... pembunuh kedua orang tua Azayaka Sato? Benar, aku pernah membaca artikel tentang hal itu. Orang tua Sato meninggal dalam sebuah insiden perampokan. Tapi sampai saat ini, pelakunya belum juga tertangkap. Tapi, bukankah Sato sudah tahuu siapa pelakunya? Lalu kenapa dia...
“Maaf, maafkan aku karena telah mengingatkanmu pada kejadian itu lagi. Aku tahu, berat untukmu melindungi orang yang telah membunuh mereka. Bibi Hanako, akan tersiksa seumur hidupnya. Sekarang, bersiaplah. Lalu temui para wartawan di bawah. Aku akan menjelaskan semuanya pada pemuda itu begitu ia bangun.” Kata Kyoso lalu bangkit meninggalkanku.
Aku menatap tubuhku yang masih terbaring. Di dalam sana, ada jiwa Sato yang dipenuhi rasa sakit luar biasa. Dan aku? Ya Tuhan! Apa yang telah aku lakukan? Aku, malah menambah rasa sakitnya. Cukup! Aku harus menebusnya
***
Hater? Bagiku, hater adalah orang  yang ingin menjaga kita. Hanya saja, mereka mengungkapkannya dengan cara yang berbeda. Mereka membenci kepura-puraan. Mereka, butuh kejujuran...” Jawabku tersenyum.
Aku mendongak ke atas dan mendapati tubuhku berdiri di balik tubuh beberapa wartawan. Sato. Ia menatapku lalu tersenyum sembari mengangguk.
Benarkan, Azayaka Sato?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar